Tahun depan diyakini sebagai tahun baik bagi
pertumbuhan ekonomi Indonesia. Pengamat Ekonomi Universitas Gadjah Mada Tony
Prasetyantono memproyeksi ekonomi nasional bisa tumbuh 6 persen tahun depan.
"Pertumbuhan tahun ini memang 5,8 persen,
karena memang tidak mungkin tumbuh di 6 persen. Tapi tahun depan masih ada
kemungkinan tumbuh di angka 6 persen, paling jelek 5,9 persen, papat Tony di
Hotel Ritz Carlton, Mega Kuningan, Jakarta, Selasa (19/11).
Tony juga optimis inflasi tahun depan akan
berada di kisaran angka 5,5 persen hingga 6 persen. Sebab, tahun depan
pemerintah tidak mungkin kembali menerapkan kebijakan kenaikan harga Bahan
Bakar Minyak (BBM) bersubsidi yang diakui menjadi pemicu terdongkraknya inflasi
tahun ini.
"Tahun depan tidak terjadi lagi inflasi
sebesar tahun ini, 9 persen, di atas 8 persen lah. Pemerintah tidak punya beban
kenaikan harga BBM. Tahun depan, inflasi 5,5 persen hingga 6 persen,"
papar Tony.
Menurutnya, dengan pertumbuhan ekonomi dan
inflasi yang cukup optimis tahun depan, bisa menjadi stimulus bagi Bank
Indonesia (BI) untuk menurunkan suku bunga acuan atau BI rate sekaligus
mendorong pertumbuhan kredit perbankan ke kisaran angka 20 persen.
"Dengan kondisi seperti ini, harapannya
paling tidak BI rate 7 persen, syukur-syukur bisa di bawah itu. Ekspansi kredit
bisa kembali normal dekati level 20-19 persen," ungkap Tony.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar